Jumat, 18 Oktober 2013

PERTOLONGAN PERTAMA pada ASHMA

ASTHMA

Definisi :
Penyakit inflammasi kronis pada jalan napas yang melibatkan interaksi kompleks dan memiliki karakter yang bervariasi dan gejala yang recurrent dari obstruksi jalan napas, hiperresponsif bronchial, dan reaksi inflammasi.


Gejala:
Penyempitan jalan napas yang dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan, reversibilitas dari obstruksi jalan napas tidak selalu lengkap.
Gejala timbul/memburuk terutama malam/dini hari
Batuk, sesak napas, napas berbunyi, kesulitan berbicara, rasa berat di dada dan berdahak yang episodic dan recurrent
Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
Responsif terhadap pemberian bronkodilator

Faktor pencetus :

allergen, seperti debu, bulu hewan, serbuk sari, dll.
Stress, maupun ekspresi emosional yang kuat seperti tertawa atau menangis
Olahraga
Infeksi virus
Suhu lingkungan yang ekstrem (dingin)

Faktor pencetus -----> reaksi inflammasi di saluran pernapasan ------> obstruksi jalan napas serta hiperresponsif jalan napas -----> muncul gejala klinis asthma
Proses inflammasi pada jalan napas merupakan faktor utama dalam pathogenesis dan pathophysiology. Sehingga menjadi target utama dalam pengobatan.


Penanganan

Beri pengudaraan kepada korban, jangan biarkan orang mengerumuni korban
Longgarkan pakaian
Posisikan korban senyaman mungkin
Atasi hypoxemia, dengan cara memberikan supplemental oksigen, beberapa kondisi memerlukan ventilasi mekanis akibat hypoventilasi alveolar yang bisa dilakukan dengan:
-tundukkan korban dengan posisi membungkuk
-minta korban untuk memegang sesuatu dengan kedua tangannya / tangannya    saling menarik / memegang penolong
Penyembuhan yang cepat terhadap obstruksi jalan napas dicapai dengan pemberian SABA (Short Acting Beta-2 Agonist), jika merespon dengan baik maka injeksi kortikosteroid sistemik ataupun topical bisa diberikan

Hal-hal yang perlu dihindari
1. Pemakaian obat golongan Methylxanthines seperti Theophylline, Aminophylline, dll. Dikarenakan  benefit yang diperoleh tidak jauh berbeda dibandingkan dengan SABA, sementara efek sampingnya sering muncul.
2. Pemakaian antibiotik pada saat serangan asthma sebaiknya dihindari kecuali ada comorbid yang jelas, karena infeksi bacterial jarang menimbulkan asthma. Pemakaian antibiotic hanya diberikan jika terdapat sputum purulent dan terdapat bukti pneumonia, serta sinusitis.
3. Pemakaian aspirin ataupun NSAIDs terutama bagi pasien yang sensitive terhadap aspirin.

Perlu diingat penangan yang diberikan terhadap serangan asthma bukan berarti telah mengatasi atau menyembuhkan asthma itu sendiri, karena penyebab dari serangan itu tetap ada. Sehingga diperlukan edukasi kepada korban mengenai kondisinya dan cara menghindari serangan asthma.

Tambahan:

Jauhkan korban dari faktor pencetus
Tenangkan korban dan penolong jgn panik
Berikan pengobatan asma jika ada-blue inhaler


Hubungi 118 sekiranya:

Gejala semakin memburuk
Korban terlihat sangat lesu
Serangan berat – setelah 5 minit penggunaan inhaler, asma masih tidak pulih
Penderita memiliki comorbid yang membahayakan jiwa seperti gangguan cardiovascular
Penderita adalah bayi ataupun orang usia lanjut


*Disebabkan kasus kematian akibat asma yang semakin meningkat, American Heart Association dan American Red Society merekomendasikan pemberian epinephrine (secara auto injector)kepada korban selain inhaler bagi mengurangkan gejala alergi yang berat bagi korban tanpa efek samping yang buruk. Dengan ini, komplikasi yang bisa menggugat nyawa korban dapat ditangani



0 komentar:

Posting Komentar

thanks for your attention